I.
Pendahuluan
Di zaman Pra-Islam dahulu banyak
sekali peristiwa – peristiwa yang sangat tidak baik dalam kaca mata sekarang
ini. Oleh karena itu di masa Pra- Islam penduduknya disebut dengan masyarakat
jahiliyah, masyarakat yang bodoh baik dalam ilmu dan pengetahuan. Kemudian
datanglah Muhammad Saw. sebagai revolusioner pada masanya. Sesuai dengan
datangnya wahyu, surat Iqra’ sehingga membuat masyarakat jahiliyah zaman dulu
yang tidak bisa baca tulis (ummi) menjadi masarakat yang mempunyai peradapan
yang begitu besar.
Datangnya
sang revolusioner ini, menjadikan seorang Ashgar Ali Engineer untuk memotivasi
dalam memerangi penindasan yang terjadi di negaranya. Dia membuat karya – karya
yang sangat apik bagi membacanya. Enginer mengacu pada Marxisme hanya saja
terdapat perbedaan pada mereka. Enginer lebih terfokus pada agama dan teologi
pembebasan. Untuk lebih jelasnya di makalah ini akan dibahs tentang Enginerr
bagaimana kiprahnya dalam hal Islam dan Teologi pembebasan sesuai dengan
pemikirannya.
II.
Pembahasan
1.
Biografi dan Latar Belakang
Pendidikan
Asghar Ali Engineer adalah seorang Muslim India. Ia adalah seorang
pemikir, penulis dan sekaligus aktivis. Asghar lahir pada 10 Maret 1939 di
Salumbar, Rajastan India. Ayahnya, Shaikh Qurban Hussain adalah seorang ulama
pemimpin kelompok Daudi Bohras.
Sewaktu belajar Tafsir dan Ta’wil
Al-Qur’an, Fiqh, Hadis, dan Bahasa Arab, ia juga banyak membaca karya-karya
Bettrand Russel dan Karl Marx. Ia mengaku telah membaca buku Das Kapital karya
Marx. Ia mendapatkan gelar kesarjanaan di bidang tekhnik sipil dari Vikram
University, Madhya Pradesh. Selama 20 tahun ia sempat menjadi pegawai Kota
Mumbay sampai memilih menjadi aktivis gerakan Bohra pada tahun 1972. Pada tahun
1980, ia membentuk Institute
of Islamic Studies, di Mumbai, guna mendorong pandangan Islam
Progresif di India. Pada tahun 1993 ia mendirikan Center for Study of Society and Secularism untuk mempromosikan kerukunan
komunal (agama). Pemahaman keagamaan Asghar Ali, terkait kelompok Daudi Bohras.
Daudi Bohras adalah sekte Syi’ah Isma’iliyah yang dipimpin oleh Imam sebagai
pengganti Nabi (2010: https://algaer.wordpress.com).
2.
Karya – karya
Berdasarkan sumber dari
(https://en.wikipedia.org ) Ashgar Ali Engineer menulis lebih dari 50 buku dan banyak artikel di berbagai jurnal
nasional dan internasional, diantaranya:
·
Asal dan Pengembangan Islam:. An Essay
on Its Pertumbuhan Sosial Ekonomi
·
Sufisme dan Komunal Harmony
·
Islam dan Revolusi
·
Status perempuan dalam Islam
·
Agama dan Pembebasan
Berbagai karyanya tersebut lahir karena adanya pemikiran
terhadap Islam yang dapat memberikan sumbang asih yang baik tak hanya dalam hal
ritual atau ukhrawi tetapi juga sebagai konstribusi dalam revolusioner pada
masa penindasan yang terjadi di masanya.
B. Islam dan Teologi Pembebasan
1.
Pengertian Teologi Pembebasan
Dalam blognya, Anwari (2010: http://algaer.wordpress.com) Teologi Pembebasan adalah kata
majemuk dari teologi dan pembahasan. Secara etimologi, teologi berasal dari theos
yang berarti Tuhan dan logos yang berarti ilmu. Teologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang Tuhan dan hubungannya dengan manusia dan alam
semesta. Sedangkan kata pembebasan merupakan istilah yang muncul sebagai reaksi
atas istilah pembangunan (development) yang kemudian menjadi
ideologi pengembangan ekonomi yang cenderung liberal dan kapitalistik dan umum
digunakan di negara dunia ketiga sejak tahun 60-an. Teologi Pembebasan
berkembang di negara Amerika Latin sebagai respon atas kondisi baik ekonomi,
social, politik pada masa itu, sehingga Amerika Latin melakukan proses
industrialisasi di bawah multinasional. Tapi karena lebih fokus pada
pertumbuhan ekonomi, akhirnya menimbulkan kesenjangan social yang sangat tajam.
Kemudian menimbulkan Urbanisasi dan Inflasi yang begitu cepat. Akibat
terjadinya hal tersebut lahirlah para tokoh - tokoh room dan uskup gereja yang
bergerak terhadap perubahan dan pandangan – pandangan dari luar. Beberapa tokoh
pengembang gerakan teologi pembebasan di Amerika Latin diantaranya:
·
Gustavo Gutierrez dari Peru
·
Juan Louise Segundo dari Uruguay
·
Hugo Asmann dari Brazil
·
John Sabrino dari El – Savador
Para
pastor ini merupakan pastor yang relative mempunyai otoritas dan professional
secara akademis. Karena itu Teologi Pembebasan menjadi mainstream paradigm
yang khas Amerika Latin.
2.
Islam, Teologi Pembebasan dan
Perannya
Ashgar
Ali Enginer merupakan tokoh Muslim yang sangat peduli pada kaum yang tertindas
baik secara langsung atau pun tidak langsung. Ashgar mempunyai persepsi bahwa
agama tidak hanya berfungsi sebagai ritual (hamblum minAllah) tetapi
juga sebagai suaka (hablum minannas)/ sosial di dalamnya. Dalam blognya,
Arwani (2010: http://algaer.wordpress.com) menulis tentang Hassan Hanafi
berpendapat bahwa Islam yang telah terkooptasi
hanya sekedar kumpulan rirus-ritus, perayaan-perayaan, dan kepercayaan ukhrawi
saja. Setelah menjadi kekuatan besar dan mapan, Kekhilafahan Islam juga
menjelma menjadi eksploitatif dan feodal. Sedangkan perumusan Hukum Islam dan
teologi yang dilakukan dalam kondisi seperti itu, sebagian besar melahirkan
produk hukum dan teologi yang tumpul dan kehilangan elan pembebasan. Akan
tetapi, Islam tidak selamanya berwajah tumpul dan terkooptasi oleh kepentingan
kekuasaan politik dan ekonomi. Pada kesempatan lain Islam juga menjadi kekuatan
revolusioner yang menentang penindasan. Hanafi mencatat, gerakan revolusi Iran,
gerakan Tarekat Sanusiyah dan Omar Mokhtar di Libya dan gerakan Mahdiisme di
Sudan, adalah gerakan-gerakan melawan kemapanan yang dilandaskan pada
ajaran-ajaran Islam. Dari dua kondisi
yang saling berlawanan tersebut, bisa dibaca bahwa sesungguhnya Islam mempunyai
watak seperti dua sisi mata pedang. Pada saat tertentu bisa menjadi kekuatan
legitimatif terhadap kekuatan yang menindas, akan tetapi pada saat yang lain
bisa menjadi kekuatan revolusioner yang membebaskan. Dua watak itu muncul
tergantung oleh siapa dan atas kepentingan apa pihak yang menafsirkan.
Pandangan
Engineer sendiri melalui karyanya Islam dan Teologi Pembebasan yang
dimuat oleh Firdawati dalam tugas essainya di Journal (Al-Manar Edisi I/2004)
bahwa Teologi Pembebasan hadir untuk mengambil peran dalam membela kelompok
yang tertindas . Ia (teologi pembebasan) anti kemapanan, baik kemapanan
religius maupun politik. Engineer mengintepretasikan kembali ungkapan Marx yang
terkenal “agama adalah candu bagi masyarakat” bukan sekedar agama saja, tetapi
agama yang kemudian ikut memantapkan status quo dan tidak mendukung
perubahan. Islam sendiri pada awal perkembangannya banyak dipeluk oleh
orang-orang yang bukan merupakan golongan elit masyarakat. Muhammad sebagai
pembawa risalah juga berasal dari keluarga Quraisy yang walaupuncukup
terpandang, tidak tergolong sebagai keluarga yang kaya dan memiliki status
socialyang tinggi. Pada saat itu Islam menjadi tantangan yang membahayakan para
saudagar kaya Mekah, sehingga kemudian mereka menolak ajarannya. Bukan
semata-mata karena mereka menolak risalah tauhid, tetapi lebih kepada ketakutan
mereka terhadap Islam yang akan membawa perubahan sosial, khususnya pada
tingkatan kekuasaan, baik politik maupun ekonomi.
Dari
pernyataan Engineer tersebut dapat disimpulkan bahwa dimasanya bahkan sejak
Rasul datang, ketidak adilan sudah muncul, maka diharapkan datangnya Rasul
(Muhammad SAW) dengan risalah tauhidnya adalah sebagai perubahan dan pembela
kaum yang tertindas. Pada hakekatnya revolusi tidak akan muncul bila tidak ada
penindasan.
Menurut
Engineer, Islam mengajarkan untuk menempatkan manusia sederajat (egaliter) dan
menolak segala bentuk penindasan; menumpuk harta; riba; kemiskinan dan
kebodohan. Al-Qur’an sendiri terdapat bahwa hak atas kekayaaan itu tidak
bersifat absolute melainkan semuanya adalah milik Allah dan kita dilarang untuk
membuat kerusakan di sana. Bahkan Enginer berpaku pada acuan Ibn Taymiyyah yang
mengatakan bahwa “ Kehidupan manusia di muka bumi akan lebih tertata dengan
system yang berkeadilan walau disertai suatu perbuatan dosa, daripada dengan
tirani yang alim”. Ekstrimnya dikatakan bahwa Allah membenarkan negara yang
berkeadilan walaupun dipimpin oleh orang kafir, dan menyalahkan negara yang
tidak menjamin keadilan meskipun dipimpin oleh seorang Muslim. Juga disebutkan
bahwa dunia akan bisa bertahan dengan keadilan dan kekafiran, namun tidak
dengan ketidakadilan dan Islam.
Dalam
Blognya, Arwani (2010:
http://algaer.wordpress.com) yang
ditulisnya tentang pembebasan Engineer terhadap kaum yang tertindas meliputi
banyak bidang, yaitu:
·
Bidang
Sosial ( Pembebasan dari ketidaksetaraan manusia, Ketidakadilan Gender dan
Hubungan dengan Agama lain)
Dalam hal penyerataan derajat manusia ini
muncul karena pada zaman Nabi Muhammad Saw. dulu, masyarakat Arab terkenal
fanatic terhadap suku merek. Sikap fanatisme atau ashabiyah ini dapat
dilihat dari cara pandang yang rending seseorang terhadap orang lain yang
berada di luar kelompoknya dan menganggap perbudakan adalah sesuatu yang lazim.
Tetapi hal tersebut akhirnya terbantahkan setelah Nabi Muhammad saw. memilih
Bilal sebagai muazzin. Hal inilah yang membuat Engineer cukup
revolusioner karena sebelumnya Bilal adalah seseorang yang berkulit hitam dan
bekas budak. Peristiwa ini menunjukkan bahwa harkat martabat manusia melampui
batas – batas etnis, suku, warna kulit, merdeka atau hamba sahaya. Hal ini
akhirnya menimbulkan sikap keterbuka, toleransi, tenggang rasa dan hormat –
menghormati anata agama lain. Hal ini seseuai dengan firman Allah:
لاَ
إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْد -٢٥٦-
Arinya:
“Tidak ada
paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan)
antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh)
pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.” (Q.S. Al-Baarah[2]:256)
لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ -٦-
Artinya:
“Untukmu
agamamu, dan untukkulah agamaku.” (Q.S. Al-Kafirun[190]: 6).
Kemudian ketidakadilan gender terlihat pada
perihal yang Nabi tetapkan dimana pada masa itu wanita terdapat pada posisi
sub-ordinat yang sangat lemah sehingga Nabi menetapkan bahwa perempuan bisa
mewarisi, bisa mempunyai hak milik sendiri, bisa minta cerai dan bisa
menentukan dirinya sendiri. Sebagai contoh adalah tentang istilah “poligami”,
poligami sebelumnya tanpa batas, kemudian dibatasi maksimal empat istri, itupun
dengan persyaratan yang ketat. Kemudian pelarangan piliandri. Selain itu juga
adanya perubahan yang luarbiasa yaitu larangan tradisi oleh Nabi untuk mengubur
anak perempuan karena malu, sekaligus merubah stigma negative terhadap anak
perempuan.
Hal ini sesuai
dengan firman Allah:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ -١٣-
Artinya:
Wahai manusia!
Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.(Q.S.
Al-Hujarat[49]: 13)
·
Bidang
Ekonomi
Dalam Journal (Al-Manar Edisi 1/2004)
menurut essai Firdawati bahwa untuk menghadapi tantangan kemiskinan, Engineer
berpendapat bahwa jika agama hendak menciptakan kesehatan social, dan
menghindarkan diri dari sekedar pelipur lara dan tempat berkeluh kesah, agama
harus mentransformasikan diri menjadi alat yang canggih untuk melakukan
perubahan sosial. Al-Qur’an memerintahkan kepada orang – orang yang beriman
untuk menyumbangkan kelebihan hartanya, sesuai dengan firman Allah:
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ
الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبيِّنُ اللّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
-٢١٩-
Artinya:
Mereka
menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar** dan judi. Katakanlah, “Pada
keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya
lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang)
apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang
diperlukan).” Demikianlah Allah Menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar
kamu memikirkan. (Q.S. Al-Baqarah[2]: 219).
III.
Penutup
Dari beberapa pemikiran Ashgar Ali
Engineer yang telah dibahas di atas dapat kita simpulkan bahwa, sangat menarik
sekali revolusi yang dia lakukan pada dunia Islam terutama tentang kaum yang
tertindas. Engineer mempunyai asumsi bahwa Islam selain sebagai agama (antara
makhluk dengan Tuhannya) juga sebagai agama (antara makhluk dengan makhluk yang
lain), hanya saja dia lebih berfokus pada pemikiran untuk mengentas
ketertindasan kaum yang lemah. Kebanyakan pada masanya Islam hanya berlaku
sebagai alat ritual formal yang mengikuti status quo yang berkembang,
sehingga banyak sekali penindasan baik secara sosial, ekonomi, politik dan
teologi. Engineer terispirasi dengan datangnya Nabi Saw. sebagai revolusioner
pada masanya. Akhirnya memfokuskan
Engineer untuk menitik sentralkan pemikirannya pada agama dan tugas pembebasan.
Pada hakekatnya Engineer mengacu pada uncapan Karl Marx. Karya Karl Marx
merupakan tokoh yang membahas dengan bahasa khas kiri, seperti ketidakadilan,
penindasan, revolusi, perubahan radikal dan sebagainya. Hanya saja terdapat
perbedaan diantara keduanya, jika Karl Marx adalah seorang Atheis yang
orientasinya ekonomi kebijakan yang diformakan dalam politik kenegaraan,
sedangkan Engineer adalah seorang Muslim yang berorientasi pada substansi nilai
yang didasarkan pada wahyu Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani. Ashgar Ali engineer, Islam. Teologi Pembebasan, https://algaer.wordpress.com. diaksses tanggal 11 Mei 2016.
Firdawati, Riski, Islam dan Teologi Pembebasan. Book Review
Digital Journal A l-Manar Edisi 1/2004.
diakses 11 Mei 2016
0 komentar:
Posting Komentar