Rabu, 15 Juni 2016

Ali Ashgar Engineer

I.          Pendahuluan
          Di zaman Pra-Islam dahulu banyak sekali peristiwa – peristiwa yang sangat tidak baik dalam kaca mata sekarang ini. Oleh karena itu di masa Pra- Islam penduduknya disebut dengan masyarakat jahiliyah, masyarakat yang bodoh baik dalam ilmu dan pengetahuan. Kemudian datanglah Muhammad Saw. sebagai revolusioner pada masanya. Sesuai dengan datangnya wahyu, surat Iqra’ sehingga membuat masyarakat jahiliyah zaman dulu yang tidak bisa baca tulis (ummi) menjadi masarakat yang mempunyai peradapan yang begitu besar.
            Datangnya sang revolusioner ini, menjadikan seorang Ashgar Ali Engineer untuk memotivasi dalam memerangi penindasan yang terjadi di negaranya. Dia membuat karya – karya yang sangat apik bagi membacanya. Enginer mengacu pada Marxisme hanya saja terdapat perbedaan pada mereka. Enginer lebih terfokus pada agama dan teologi pembebasan. Untuk lebih jelasnya di makalah ini akan dibahs tentang Enginerr bagaimana kiprahnya dalam hal Islam dan Teologi pembebasan sesuai dengan pemikirannya.


II.          Pembahasan
A.     Ali Ashgar Engineer

1.         Biografi dan Latar Belakang Pendidikan
     Asghar Ali Engineer adalah seorang Muslim India. Ia adalah seorang pemikir, penulis dan sekaligus aktivis. Asghar lahir pada 10 Maret 1939 di Salumbar, Rajastan India. Ayahnya, Shaikh Qurban Hussain adalah seorang ulama pemimpin kelompok Daudi Bohras.
     Sewaktu belajar Tafsir dan Ta’wil Al-Qur’an, Fiqh, Hadis, dan Bahasa Arab, ia juga banyak membaca karya-karya Bettrand Russel dan Karl Marx. Ia mengaku telah membaca buku Das Kapital karya Marx. Ia mendapatkan gelar kesarjanaan di bidang tekhnik sipil dari Vikram University, Madhya Pradesh. Selama 20 tahun ia sempat menjadi pegawai Kota Mumbay sampai memilih menjadi aktivis gerakan Bohra pada tahun 1972. Pada tahun 1980, ia membentuk Institute of Islamic Studies, di Mumbai, guna mendorong pandangan Islam Progresif di India. Pada tahun 1993  ia mendirikan Center for Study of Society and Secularism untuk mempromosikan kerukunan komunal (agama). Pemahaman keagamaan Asghar Ali, terkait kelompok Daudi Bohras. Daudi Bohras adalah sekte Syi’ah Isma’iliyah yang dipimpin oleh Imam sebagai pengganti Nabi (2010: https://algaer.wordpress.com).

2.         Karya – karya
Berdasarkan sumber dari (https://en.wikipedia.org ) Ashgar Ali Engineer menulis lebih dari 50 buku dan banyak artikel di berbagai jurnal nasional dan internasional, diantaranya:
·      Asal dan Pengembangan Islam:. An Essay on Its Pertumbuhan Sosial Ekonomi
·      Sufisme dan Komunal Harmony
·      Islam dan Revolusi
·      Status perempuan dalam Islam
·      Agama dan Pembebasan
Berbagai karyanya tersebut lahir karena adanya pemikiran terhadap Islam yang dapat memberikan sumbang asih yang baik tak hanya dalam hal ritual atau ukhrawi tetapi juga sebagai konstribusi dalam revolusioner pada masa penindasan yang terjadi di masanya.

B.       Islam dan Teologi Pembebasan
1.        Pengertian Teologi Pembebasan
                        Dalam blognya, Anwari (2010: http://algaer.wordpress.com) Teologi Pembebasan adalah kata majemuk dari teologi dan pembahasan. Secara etimologi, teologi berasal dari theos yang berarti Tuhan dan logos yang berarti ilmu. Teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan hubungannya dengan manusia dan alam semesta. Sedangkan kata pembebasan merupakan istilah yang muncul sebagai reaksi atas istilah pembangunan (development) yang kemudian menjadi ideologi pengembangan ekonomi yang cenderung liberal dan kapitalistik dan umum digunakan di negara dunia ketiga sejak tahun 60-an. Teologi Pembebasan berkembang di negara Amerika Latin sebagai respon atas kondisi baik ekonomi, social, politik pada masa itu, sehingga Amerika Latin melakukan proses industrialisasi di bawah multinasional. Tapi karena lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi, akhirnya menimbulkan kesenjangan social yang sangat tajam. Kemudian menimbulkan Urbanisasi dan Inflasi yang begitu cepat. Akibat terjadinya hal tersebut lahirlah para tokoh - tokoh room dan uskup gereja yang bergerak terhadap perubahan dan pandangan – pandangan dari luar. Beberapa tokoh pengembang gerakan teologi pembebasan di Amerika Latin diantaranya:
·      Gustavo Gutierrez dari Peru
·      Juan Louise Segundo dari Uruguay
·      Hugo Asmann dari Brazil
·      John Sabrino dari El – Savador
                        Para pastor ini merupakan pastor yang relative mempunyai otoritas dan professional secara akademis. Karena itu Teologi Pembebasan menjadi mainstream paradigm yang khas Amerika Latin.

2.        Islam, Teologi Pembebasan dan Perannya
                        Ashgar Ali Enginer merupakan tokoh Muslim yang sangat peduli pada kaum yang tertindas baik secara langsung atau pun tidak langsung. Ashgar mempunyai persepsi bahwa agama tidak hanya berfungsi sebagai ritual (hamblum minAllah) tetapi juga sebagai suaka (hablum minannas)/ sosial di dalamnya. Dalam blognya, Arwani (2010: http://algaer.wordpress.com) menulis tentang Hassan Hanafi berpendapat bahwa Islam yang telah terkooptasi hanya sekedar kumpulan rirus-ritus, perayaan-perayaan, dan kepercayaan ukhrawi saja. Setelah menjadi kekuatan besar dan mapan, Kekhilafahan Islam juga menjelma menjadi eksploitatif dan feodal. Sedangkan perumusan Hukum Islam dan teologi yang dilakukan dalam kondisi seperti itu, sebagian besar melahirkan produk hukum dan teologi yang tumpul dan kehilangan elan pembebasan. Akan tetapi, Islam tidak selamanya berwajah tumpul dan terkooptasi oleh kepentingan kekuasaan politik dan ekonomi. Pada kesempatan lain Islam juga menjadi kekuatan revolusioner yang menentang penindasan. Hanafi mencatat, gerakan revolusi Iran, gerakan Tarekat Sanusiyah dan Omar Mokhtar di Libya dan gerakan Mahdiisme di Sudan, adalah gerakan-gerakan melawan kemapanan yang dilandaskan pada ajaran-ajaran Islam. Dari dua kondisi yang saling berlawanan tersebut, bisa dibaca bahwa sesungguhnya Islam mempunyai watak seperti dua sisi mata pedang. Pada saat tertentu bisa menjadi kekuatan legitimatif terhadap kekuatan yang menindas, akan tetapi pada saat yang lain bisa menjadi kekuatan revolusioner yang membebaskan. Dua watak itu muncul tergantung oleh siapa dan atas kepentingan apa pihak yang menafsirkan.
                        Pandangan Engineer sendiri melalui karyanya Islam dan Teologi Pembebasan yang dimuat oleh Firdawati dalam tugas essainya di Journal (Al-Manar Edisi I/2004) bahwa Teologi Pembebasan hadir untuk mengambil peran dalam membela kelompok yang tertindas . Ia (teologi pembebasan) anti kemapanan, baik kemapanan religius maupun politik. Engineer mengintepretasikan kembali ungkapan Marx yang terkenal “agama adalah candu bagi masyarakat” bukan sekedar agama saja, tetapi agama yang kemudian ikut memantapkan status quo dan tidak mendukung perubahan. Islam sendiri pada awal perkembangannya banyak dipeluk oleh orang-orang yang bukan merupakan golongan elit masyarakat. Muhammad sebagai pembawa risalah juga berasal dari keluarga Quraisy yang walaupuncukup terpandang, tidak tergolong sebagai keluarga yang kaya dan memiliki status socialyang tinggi. Pada saat itu Islam menjadi tantangan yang membahayakan para saudagar kaya Mekah, sehingga kemudian mereka menolak ajarannya. Bukan semata-mata karena mereka menolak risalah tauhid, tetapi lebih kepada ketakutan mereka terhadap Islam yang akan membawa perubahan sosial, khususnya pada tingkatan kekuasaan, baik politik maupun ekonomi.
                        Dari pernyataan Engineer tersebut dapat disimpulkan bahwa dimasanya bahkan sejak Rasul datang, ketidak adilan sudah muncul, maka diharapkan datangnya Rasul (Muhammad SAW) dengan risalah tauhidnya adalah sebagai perubahan dan pembela kaum yang tertindas. Pada hakekatnya revolusi tidak akan muncul bila tidak ada penindasan.
                        Menurut Engineer, Islam mengajarkan untuk menempatkan manusia sederajat (egaliter) dan menolak segala bentuk penindasan; menumpuk harta; riba; kemiskinan dan kebodohan. Al-Qur’an sendiri terdapat bahwa hak atas kekayaaan itu tidak bersifat absolute melainkan semuanya adalah milik Allah dan kita dilarang untuk membuat kerusakan di sana. Bahkan Enginer berpaku pada acuan Ibn Taymiyyah yang mengatakan bahwa “ Kehidupan manusia di muka bumi akan lebih tertata dengan system yang berkeadilan walau disertai suatu perbuatan dosa, daripada dengan tirani yang alim”. Ekstrimnya dikatakan bahwa Allah membenarkan negara yang berkeadilan walaupun dipimpin oleh orang kafir, dan menyalahkan negara yang tidak menjamin keadilan meskipun dipimpin oleh seorang Muslim. Juga disebutkan bahwa dunia akan bisa bertahan dengan keadilan dan kekafiran, namun tidak dengan ketidakadilan dan Islam.
                        Dalam Blognya, Arwani (2010: http://algaer.wordpress.com) yang ditulisnya tentang pembebasan Engineer terhadap kaum yang tertindas meliputi banyak bidang, yaitu:
·           Bidang Sosial ( Pembebasan dari ketidaksetaraan manusia, Ketidakadilan Gender dan Hubungan dengan Agama lain)
     Dalam hal penyerataan derajat manusia ini muncul karena pada zaman Nabi Muhammad Saw. dulu, masyarakat Arab terkenal fanatic terhadap suku merek. Sikap fanatisme atau ashabiyah ini dapat dilihat dari cara pandang yang rending seseorang terhadap orang lain yang berada di luar kelompoknya dan menganggap perbudakan adalah sesuatu yang lazim. Tetapi hal tersebut akhirnya terbantahkan setelah Nabi Muhammad saw. memilih Bilal sebagai muazzin. Hal inilah yang membuat Engineer cukup revolusioner karena sebelumnya Bilal adalah seseorang yang berkulit hitam dan bekas budak. Peristiwa ini menunjukkan bahwa harkat martabat manusia melampui batas – batas etnis, suku, warna kulit, merdeka atau hamba sahaya. Hal ini akhirnya menimbulkan sikap keterbuka, toleransi, tenggang rasa dan hormat – menghormati anata agama lain. Hal ini seseuai dengan firman Allah:
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْد -٢٥٦-
Arinya:
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baarah[2]:256)
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ -٦-
Artinya:
“Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (Q.S. Al-Kafirun[190]: 6).
     Kemudian ketidakadilan gender terlihat pada perihal yang Nabi tetapkan dimana pada masa itu wanita terdapat pada posisi sub-ordinat yang sangat lemah sehingga Nabi menetapkan bahwa perempuan bisa mewarisi, bisa mempunyai hak milik sendiri, bisa minta cerai dan bisa menentukan dirinya sendiri. Sebagai contoh adalah tentang istilah “poligami”, poligami sebelumnya tanpa batas, kemudian dibatasi maksimal empat istri, itupun dengan persyaratan yang ketat. Kemudian pelarangan piliandri. Selain itu juga adanya perubahan yang luarbiasa yaitu larangan tradisi oleh Nabi untuk mengubur anak perempuan karena malu, sekaligus merubah stigma negative terhadap anak perempuan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ -١٣-
Artinya:
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.(Q.S. Al-Hujarat[49]: 13)


·           Bidang Ekonomi
     Dalam Journal (Al-Manar Edisi 1/2004) menurut essai Firdawati bahwa untuk menghadapi tantangan kemiskinan, Engineer berpendapat bahwa jika agama hendak menciptakan kesehatan social, dan menghindarkan diri dari sekedar pelipur lara dan tempat berkeluh kesah, agama harus mentransformasikan diri menjadi alat yang canggih untuk melakukan perubahan sosial. Al-Qur’an memerintahkan kepada orang – orang yang beriman untuk menyumbangkan kelebihan hartanya, sesuai dengan firman Allah:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبيِّنُ اللّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ -٢١٩-
Artinya:
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar** dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah Menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan. (Q.S. Al-Baqarah[2]: 219).


III.          Penutup
          Dari beberapa pemikiran Ashgar Ali Engineer yang telah dibahas di atas dapat kita simpulkan bahwa, sangat menarik sekali revolusi yang dia lakukan pada dunia Islam terutama tentang kaum yang tertindas. Engineer mempunyai asumsi bahwa Islam selain sebagai agama (antara makhluk dengan Tuhannya) juga sebagai agama (antara makhluk dengan makhluk yang lain), hanya saja dia lebih berfokus pada pemikiran untuk mengentas ketertindasan kaum yang lemah. Kebanyakan pada masanya Islam hanya berlaku sebagai alat ritual formal yang mengikuti status quo yang berkembang, sehingga banyak sekali penindasan baik secara sosial, ekonomi, politik dan teologi. Engineer terispirasi dengan datangnya Nabi Saw. sebagai revolusioner pada masanya. Akhirnya  memfokuskan Engineer untuk menitik sentralkan pemikirannya pada agama dan tugas pembebasan. Pada hakekatnya Engineer mengacu pada uncapan Karl Marx. Karya Karl Marx merupakan tokoh yang membahas dengan bahasa khas kiri, seperti ketidakadilan, penindasan, revolusi, perubahan radikal dan sebagainya. Hanya saja terdapat perbedaan diantara keduanya, jika Karl Marx adalah seorang Atheis yang orientasinya ekonomi kebijakan yang diformakan dalam politik kenegaraan, sedangkan Engineer adalah seorang Muslim yang berorientasi pada substansi nilai yang didasarkan pada wahyu Allah.


DAFTAR PUSTAKA
Arwani. Ashgar Ali engineer, Islam. Teologi Pembebasan,   https://algaer.wordpress.com. diaksses tanggal 11 Mei 2016.
Ensiklopedia, Ashgar Ali Engineer. https://en.wikipedia.org. diakses 13 Mei 2016
Firdawati, Riski, Islam dan Teologi Pembebasan. Book Review Digital Journal A  l-Manar Edisi 1/2004. diakses 11 Mei 2016


0 komentar:

Posting Komentar